KUDUS,suaramerdeka-muria.com - Forum Dekan Fakultas Hukum dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (FORDEK) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah menyebut RUU KUHP tak ubahnya upaya rekolonisasi.
Hal itu mengerucut pada Seminar Nasional Forum Dekan Fakultas Hukum dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (FORDEK) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah, di Universitas Muhammadiyah Kudus, Jumat (26/8).
Seminar itu membahas membahas tentang ”Menyongsong RUU KUHP yang Berwawasan HAM dan Demokratis”.
Baca Juga: 850 Wisudawan UMKU Diterima Magang di 14 RS
Ketua Fordek Dr Tongat mengatakan, penyusunan dan perumusan rancangan undang - undang (RUU) kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) disebut masih menyisakan berbagai persoalan.
Proses penyusunan dan perumusan RUU KUHP pun tidak banyak melibatkan masyarakat, CSO, pemerhati hukum, dan berbagai elemen masyarakat lain.
Sehingga dianggap mencederai nilai-nilai demokrasi dan prinsip-prinsip negara hukum.
"Ada sejumlah isu krusial dalam penyusunan dan perumusan RUU KUHP," katanya.
Hadir dalam seminar nasional yang menghadirkan Dr. Busyro Muqoddas (PP Muhammadiyah) Dr. Trisno Raharjo, SH., M.Hum. (Ketua MHH PP Muhammadiyah), Herlambang P Wiratraman (Akademisi FH UGM), Prof. Dr. Sulistyowati Irianto (Akademisi FH UI), dan Usman Hamid (Amnesti Internasional Indonesia).
Artikel Terkait
Namanya Dicatut Parpol, 15 Warga Kudus Mengadu ke Bawaslu
Coret 7 Lokasi, Rencana Proyek SIHT Kudus Mengerucut di 3 Lokasi Ini
Truk Tebu Terguling Timpa Sepeda Motor, 2 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit
Plafon Puskesmas Sidorekso Ambrol, Dinkes Kudus : Tahun Ini Diperbaiki
Dianggarkan Rp 6,3 Miliar, Jembatan Sidorekso Bakal Tambah Lebar
Perbaikan Puskesmas Telan Rp 8,3 Miliar, DPRD Kudus : Jangan Sampai Gagal Lelang Lagi