Petani di Jepara Kesulitan Pupuk Bersubsidi Tapi Masih Bisa Menjerit

Dengan demikian, alokasi pupuk bersubsidi hanya diberikan kepada pemegang Kartu Tani.

''Permasalahannya kompleks. Ada 1 lahan yang didaftarkan untuk tiga kartu tani, petani merasa belum mengambil alokasi pupuk bersubsidi, ternyata hangus sebelum diambil,'' terangnya.

Baca Juga: Serunya Lelang Durian Lokal Rembang, Peserta Berebut Saling Tawar, Laku Mulai Rp 325 Ribu hingga Rp 2 Juta

Baca Juga: Dua Remaja di Jepara Berkelahi Usai Nonton Dangdut, Dikira Pingsan Ternyata Meninggal

Menurutnya, penguatan SDM petani juga diperlukan karena ternyata ada petani yang menghabiskan jatah pupuk bersubsidi hanya untuk satu atau dua kali musim tanam.

Padahal jatah alokasi yang diterima di kartu tani masing-masing dihitung berdasar kebutuhan setahun atau tiga musim taman.

Sekretaris Komisi B Saiful M Abidin Saiful mengatakan, adanya temuan persoalan itu menunjukkan masih adanya penyalahgunaan distribusi.

''Jangan sampai terjadi lagi. Sebaik apapun sistem, kalau tidak ada pengawasan, pelanggaran akan terjadi,'' kata Saiful.

Kepala DKPP Diyar Susanto mengatakan, terjadi pengurangan komoditas tanaman yang pupuknya masih disubsidi pemerintah, yakni dari 70 komoditas menjadi sembilan komoditas.

Jenis pupuk yang disubsidi pun berkurang dari lima jenis menjadi dua jenis, yakni urea dan NPK.

Baca Juga: Apa Jadinya Jika Timnas Indonesia Gagal di Fase Grup Piala Asia U20 2023 Padahal Tuan Rumah Piala Dunia U20

Baca Juga: Jaga Tradisi Pesantren, Ponpes Kauman Karangturi Lasem Gelar Musabaqoh Ilmiyah

Tahun 2023, alokasi pupuk bersubsidi di Jepara sebanyak 15.193 ton untuk jenis urea dan 9374 ton NPK.

Harga eceran tertinggi urea Rp 2.250 per kilogram dan NPK sebesar Rp 2.300 dalam satuan yang sama.

Berdasarkan sinkronisasi RTRW, luas lahan baku sawah di Jepara 25.659,33 hektare. Dari luas lahan baku itu, 20.118,14 hektare atau 78 persen masuk e-alokasi perencanaan kebutuhan pupuk.