Proyek Molor di Rembang Berdampak ke Pekerja Pengatur Jalan, Honor 1,5 Bulan Tertunggak

- Senin, 9 Januari 2023 | 11:33 WIB
Kendaraan yang melintas di titik perbaikan jalan di Ruas Sale-Tahunan harus bergantian masuk lantaran salah satu lajur sudah sekira 1,5 bulan tidak bisa dilalui. (suaramerdeka-muria.com/Ilyas al-Musthofa)
Kendaraan yang melintas di titik perbaikan jalan di Ruas Sale-Tahunan harus bergantian masuk lantaran salah satu lajur sudah sekira 1,5 bulan tidak bisa dilalui. (suaramerdeka-muria.com/Ilyas al-Musthofa)

REMBANG, suaramerdeka-muria.com – Keberadaan proyek molor dan belum dilanjutkan pengerjaanya oleh rekanan di Kabupaten Rembang ternyata juga berdampak ke pekerja pengatur jalan di lokasi proyek.

Seperti yang terjadi pada proyek pembetonan Jalan Sale-Tahunan.

Proyek yang sudah 1,5 bulan terhenti pekerjaannya itu memang menjadi salah satu yang mendapatkan tambahan waktu 50 hari untuk penyelesaian pekerjaan hingga memasuki tahun 2023.

Sejatinya masa kontrak proyek senilai sekira Rp 6,9 miliar itu habis sejak 28 Desember 2022 lalu.

Baca Juga: Lanjutan Sidak Dewan, Proyek Perpanjangan Waktu di Rembang Disebut Asal dan Semrawut

Progres proyek tersebut baru sekira 16 persen. Secara fisik, pekerjaan yang sudah dilakukan adalah pembetonan di salah satu sisi.

Saat ini, di satu titik pembetonan sudah dibuka dan dilalui kendaraan. Namun, di titik lainnya pembetonan belum bisa dilalui lantaran masih ada bagian terpasang besi namun belum ditutup beton.

Kondisi itu sudah berlangsung sejak sekira 1,5 bulan lalu. Karena masih ada satu titik yang jalannya hanya fungsional satu lajur akhirnya ada warga yang dipekerjakan sebagai pengatur lalu-lintas untuk mengatur kendaraan masuk secara bergantian.

Baca Juga: Rembang Hari Ini : Sistem Dikunci, Dindukcapil Tak Bisa Keluarkan Surat Keterangan e-KTP, Ini Solusinya

Baca Juga: Keberadaan Angela Korban Mutilasi Ecky Dalam Kurun Waktu 2019 hingga 2021 Masih Misteri

Baca Juga: 47 Kelenteng Meriahkan Kirab Bwee Gee di Kudus, Sedekah Bumi Ala Umat Tri Dharma

Informasi yang diterima suaramerdeka-muria.com, mulanya ada tiga siff pekerja dengan masing-masing siff 4 orang. Namun sejak sekira tiga pekan, hanya tinggal dua siff yang bekerja.

Satu siff lainnya sudah tidak bekerja lagi lantaran belum menerima honor. Praktis, petugas yang pengatur lalu-lintas di lokasi proyek hanya tersisa dua siff, yaitu pagi mulai pukul 06.00-15.30 WIB dan 15.30-22.00 WIB.

Malam hari sudah tidak ada pekerja yang berjaga sehingga saat terjadi tumpukan kendaraan di tengah jalan satu lajur maka salah satu sopir harus mengalah.

Seorang pekerja pengatur lalu-lintas di proyek Sale-Tahunan yang mengaku bernama Nur Khamid menyebutkan, setiap hari seharusnya mendapatkan bayaran Rp 90 ribu.

Halaman:

Editor: Ilyas al-Musthofa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X