Suluk Maleman : Maulid Nabi Muhammad, Momentum Belajar dan Meneladani Sifat Rasulullah

- Selasa, 18 Oktober 2022 | 17:04 WIB
Ngaji NgAllah Suluk Maleman. (suaramerdeka-muria.com/Moch Noor Efendi)
Ngaji NgAllah Suluk Maleman. (suaramerdeka-muria.com/Moch Noor Efendi)

Pati, suaramerdeka-muria.com - Nabi Muhammad menjadi satu-satunya rasul yang perjalanan hidupnya terdokumentasi dengan baik.

Mulai dari dalam kandungan, masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Mulai sebagai manusia biasa hingga akhirnya diangkat menjadi nabi dan rasul. Termasuk bagaimana kehidupannya setelah diangkat sebagai nabi dan rasul.

"Itu semua tercatat dan bisa dipelajari sebagai role model untuk diteladani," ujar Anis Sholeh Ba’asyin mengawali Ngaji suluk Maleman edisi 130 di Rumah Adab Indonesia Mulia Pati, Sabtu (15/10).

Lebih lanjut, budayawan ini mengungkapkan Rasulullah sebagai sosok yang disebut berakhlak mulia oleh Alquran merupakan sebaik-baik teladan.

Apalagi Rasulullah sendiri menyebut, tujuan beliau diutus, yakni untuk mengutamakan kemuliaan akhlak manusia.

Karena itu, lanjut dia, Meneladani Nabi Muhammad merupakan metode paling efektif membentuk akhlak mulia.

Mengingat, terbentuknya akhlak mulia merupakan tujuan utama dari keberagamaan.

Menurut Anis, ada beda tajam antara tindakan meniru dengan Meneladani.

Baca Juga: Delapan Orang Berduaan di Kamar Hotel dan Kos, Kaget Pintu Diketuk Satpol, Akhirnya Pasrah Ponsel Disita

Baca Juga: Terperosok Lubang Saat Menyalip, Karyawan Koperasi Tewas Terlindas Tronton

Baca Juga: Rusak Ekosistem Laut, Ketua DPRD Jepara Mendesak Penghentian dan Penertiban Tambak Udang Karimunjawa

Secara sederhana, meniru lebih condong ke tindakan lahir. Sementara Meneladani lebih bertumpu pada substansi atau sisi batinnya. Makna Meneladani Rasulullah adalah menjadikan beliau sebagai sumber inspirasi untuk diterapkan di zaman kita.

"Kalau kita mau menempatkan Rasulullah sebagai teladan kemuliaan akhlak, maka kita harus mempelajari bagaimana akhlak mulia Rasulullah terbentuk," katanya.

Dia pun memaparkan realitas derita Rasulullah yang memaksa beliau mengenali dirinya sendiri. Dengan mengenali diri sendiri beliau menemukan sifat shidiq, sifat benar.

Salah satu manifestasi sikap shidiq, yakni empati yang tinggi terhadap derita sesama manusia. Tak mengherankan apabila di kemudian hari Alquran menyifati beliau sebagai rasul yang tak tega terhadap penderitaan manusia.

Halaman:

Editor: Ilyas al-Musthofa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mendulang Manis dari Pahitnya Kopi Lereng Muria

Jumat, 24 Maret 2023 | 14:41 WIB
X