PATI,suaramerdeka-muria.com – Buku “Guru Pelacur” sudah memberikan ketertarikan tersendiri hanya dari judulnya. Buku karya Yoyok Dwi Prasetyo itu tentu akan cukup mengguncang pikiran bagi para pecinta pendidikan.
Dalam buku terbitan Soleil du Monde itu, Yoyok memang menghadirkan 67 cerita tentang perjalanannya selama belasan tahun menjadi guru. Baginya, menjadi guru tak sekadar menjadi pengajar bagi anak didiknya, namun diapun mendapatkan banyak hikmah dalam kehidupannya.
“Hikmah itulah yang saya tuangkan dalam buku “Guru Pelacur” ini,”ujarnya kepada Suara Merdeka.
Baca Juga: Jangan Kaget, Sekolah Ini Berani Canangkan Satu Siswa Punya Satu Karya Buku
Guru Pelacur itu sendiri berasal dari sebuah kisah di Tiongkok yang kemudian menjadi motivasinya untuk menjadi guru yang baik. Cerita itu mengisahkan seorang guru muda bernama Xia yang rela menjadi seorang pelacur hanya agar bisa membangun sekolah tempatnya menjadi guru.
“Meskipun apa yang dilakukannya tak dapat dianggap benar, tapi hal itu tak membuat para siswanya mencemooh Xia. Bahkan ketika kematian tragis menimpanya, berpasang-pasang mata melelehkan air mata mengantar kepergiannya. Ada juga sekolah yang menurunkan benderanya menjadi setengah tiang sebagai tanda duka cita,”tulis Yoyok.
Buku berjudul Guru Pelacur miliknya itu baru saja diterbitkannya pada Oktober ini. Ada 421 halaman dari puluhan judul yang disajikan. Semuanya merupakan cerita sekali duduk sehingga pembaca bisa mulai membacanya dari bagian manapun.
“Sebenarnya ini merupakan lanjutan dari buku berjudul “Guru Monyet” yang telah menjadi best seller sebelumnya,” katanya.
Selain cerita tentang “Guru Pelacur” dalam buku itu juga banyak berisikan cerita tentanga pengalamannya saat menjadi guru. Dia membaginya menjadi dua bagian yakni saat mengajar di tanah air dan saat belajar di Perancis.
“Isinya tentang kisah hikmah saat dibawakan ketika mengajar di kelas. Baik saat di Indonesia dan Perancis. Kebetulan saat di Perancis saya banyak bertemu orang, mendapatkan banyak pengalaman, termasuk model pembelajaran yang ada disana juga saya suguhkan lewat buku ini,” terangnya.
Gaya bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele menjadikan buku ini menjadi begitu mudah dibaca dan tidak membosankan. Terlebih dengan keberadaan mata air yang dapat memberikan motivasi bagi para pembacanya. Apalagi bagi seorang pendidik.
Uniknya, dalam tulisannya itu banyak dimasukkan nilai-nilai agama hingga ajaran Jawa. Namun kesemuanya itu mampu dikemas dengan apik hingga seolah tidak menggurui.
“Menjadikan siswa menjadi baik itu lebih bermanfaat daripada sekadar menjadikan mereka seperti robot yang pintar tapi tak mempunyai jiwa,”tulisnya di salah satu Mata Air di buku Guru Pelacur.
Tak hanya buku Guru Pelacur ini, dia juga telah menulis belasan buku lainnya. Untuk yang best seller, selain Guru Monyet, dia juga pernah mendapatkan best seller lewat buku berjudul “Mengapa sih Penjudi Masuk Surga Sedang Sufi Masuk Neraka?”.
Artikel Terkait
Jangan Kaget, Sekolah Ini Berani Canangkan Satu Siswa Punya Satu Karya Buku
3,2 Juta Buku GLN Cetakan PT Pura Dikirim ke Daerah Tertinggal Kalimantan dan Sulawesi
Bawaslu Jepara Launching Film Dunduman dan Bedah Buku Historia Pengawas Pemilu di Kota Ukir
Ada Materi yang Dinilai Tak Sesuai, Sekolah Ini Tarik Buku PKN dari Siswa
Abadikan Rekam Jejak, Bawaslu Kudus Luncurkan Buku Sejarah pengawas Pemilu
11 Perpustakaan di Jepara Ini Terima Hibah Buku dan Rak