Uniknya Lamporan, Tradisi Warga Pati Cegah Pagebluk Ternak

- Senin, 29 Agustus 2022 | 08:55 WIB
Warga Dukuh Sumber, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati menggelar tradisi lamporan. (suaramerdeka-muria.com/Beni Dewa)
Warga Dukuh Sumber, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati menggelar tradisi lamporan. (suaramerdeka-muria.com/Beni Dewa)

PATI,suaramerdeka-muria.com – Warga Dukuh Sumber, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati memiliki sebuah tradisi serta kepercayaan yang cukup unik. Setiap malam Suro penanggalan Jawa, mereka akan menggelar lamporan.

Rupanya tradisi itu menjadi bentuk kepercayaan masyarakat agar dapat menghindarkan hewan ternak dari pagebluk. Bahkan di zaman dulu, ritual itu bisa berlangsung berhari-hari bahkan sampai tujuh hari berturut-turut.

Di malam yang telah ditentukan, para warga biasanya akan keluar dari rumah. Mereka akan membawa oncor atau obor.

Baca Juga: Uniknya BERKA, Busana Karya Naila Sofwatin Terinspirasi Tradisi Buka Luwur Makam Sunan Kudus

Dengan berjalan kaki, mereka akan berkeliling kampung membawa oncor tersebut. Tradisi itu diharapkan agar ternak terhindar dari wabah dan penyakit atas restu dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kini setelah beberapa generasi, tradisi lamporan telah banyak berkembang.  Lamporan juga kerap diisi dengan kesenian lain, seperti Reog, Barongan bahkan ada pula yang menampilkan Barongsai.

Namun meski begitu kesakralannya tetap terasa. Tak jarang tradisi itu justru menyedot wisatawan untuk datang ke desa tersebut.

Handoyo, salah satu tokoh masyarakat setempat mengatakan, ruwatan Lamporan dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat Desa Soneyan kepada Allah SWT.

“Kalau doanya tentu agar hewan ternak warga dijauhkan dari Bala. Itu pun dulu, hanya beberapa saja yang mengadakan lamporan. Tetapi sekarang semua golongan ikut meramaikan,” katanya.

Baca Juga: Dari Tradisi Hantaran Zaman Dulu, Festival Jondang di Desa Kawak Jadi Daya Tarik Wisata Jepara

Diapun berharap agar tradisi itu nantinya dapat tetap lestari kedepannya. Karena selain bentuk kepercayaan, tradisi itu menjadi salah satu kekayaan budaya yang ada di desa Soneyan.

“Kami bersyukur antusias masyarakat untuk mengikutinya cukup tinggi. Karena bagi warga ini tak hanya acara biasa. Namun juga bentuk doa bersama agar terhindar dari malapetaka. Ketika awal mula dilakukan nenek monyang dulu,” katanya.

Editor: Abdul Muiz

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Stok Pupuk Bersubsidi di Pati Dipastikan Aman

Jumat, 17 Maret 2023 | 05:52 WIB

13 Ruas Jalan di Kabupaten Pati Diusulkan Inpres

Selasa, 14 Maret 2023 | 08:03 WIB

Pati Hari Ini : Jalan Kayen–Kudus Kembali Putus

Selasa, 14 Maret 2023 | 07:59 WIB

Pemilu 2024, PKB Pati Bidik 10 Kursi DPRD

Senin, 13 Maret 2023 | 08:00 WIB
X