'Layang Bandeng' Pesan Kearifan Lokal lewat Pentas Teater Apotek

- Rabu, 18 Mei 2022 | 07:43 WIB
Sejumlah anggota Teater APotek SMK Duta Karya tampil dengan apik saat membawakan pementasan bertajuk Layang Bandeng pada Senin (16/5) malam. (suaramerdeka-muria.com/Beni Dewa)
Sejumlah anggota Teater APotek SMK Duta Karya tampil dengan apik saat membawakan pementasan bertajuk Layang Bandeng pada Senin (16/5) malam. (suaramerdeka-muria.com/Beni Dewa)

KUDUS,suaramerdeka-muria.com – Ada hal menarik dalam pementasan bertajuk “Layang Bandeng” karya dari teater apotek Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Duta Karya Senin (16/5) malam kemarin. Dalam pementasan terlihat kesan satire yang membawa pesan akan pentingnya kearifan lokal.

Sebuah tembang macapat turut dikumandangkan dalam pementasan. Lewat liriknya, macapat itu seolah mengingatkan apa akibat apabila manusia tidak mampu menjaga dan merawat.

“Gunung-gunung podo watuk, banyu podo mumbul, bencana bencana sing mok hadapi. Artinya banjir atau bencana alam apa pun itu terjadi karena tingkah laku manusia itu sendiri,”imbuh Jesy.

Baca Juga: Ceritakan Roro Mendut, Teater Minatani Jadi Wakil Pati di Ajang Duta Seni

Lakon yang disutradarai oleh Jesy Segitiga itu memang banyak berisikan satire, metaphor maupun simbol-simbol dengan menarik. Diantaranya yakni tentang satire akan munculnya bencana yang diakibatkan dari ulah manusia itu sendiri.

“Inspirasi garapan ini tidak lepas dari keresahan para pelajar mengenai bencana alam dan kearifan lokal yang terkikis,”ujarnya.

Pada setiap adegan pementasan Layang Bandeng, dikatakan Jesy Segitiga ada pesan-pesan yang ingin para pelajar sampaikan. Yaitu bagaimana warisan leluhur itu harus dijaga dan dipelihara guna menyeimbangkan zaman.

“Dalam bencana selalu ada cinta, penyesalan, doa, serta harapan-harapan baik. Kompleksitas bencana dan persoalan kemanusiaan ini ditonjolkan di sana,”tambahnya.

Bahkan dalam pentas itu juga menggunakan setting yang terilhami dari salah satu desa di Kecamatan Undaan, Kudus. Karya ini mengangkat bencana banjir sebagaimana yang sering terjadi di daerah tersebut saat musim hujan.

Sementara itu, Revika, selaku lurah Teater Apotek menambahkan, nilai yang dapat ditangkap dari pementasan ini, diantaranya nilai nikmat dengan sisi humor serta artistik dan nilai manfaat yaitu untuk apa kisah tersebut dipentaskan.

“Intinya, apabila kita menyepelekan kearifan lokal, yang dalam hal ini tembang macapat, maka hal buruk dan bencana akan terjadi,”imbuh Revika.

 

 

Editor: Abdul Muiz

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Tumpukan Sampah Sempat Penuhi Balai Jagong

Selasa, 30 Mei 2023 | 05:29 WIB
X