Halalbihalal Kemenag Rembang Menguatkan Tradisi Moderasi Beragama

- Sabtu, 14 Mei 2022 | 18:53 WIB
Halalbihalal Kemenag Rembang, Sabtu (14/5/2022). (suaramerdeka.com/Mulyanto Ari Wibowo)
Halalbihalal Kemenag Rembang, Sabtu (14/5/2022). (suaramerdeka.com/Mulyanto Ari Wibowo)

REMBANG, suaramerdeka-muria.com - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Rembang menggelar halalbihalal Sabtu (14/5/2022) di Gedung Hijau kompleks Rumah Dinas Wakil Bupati Rembang.

Halalbihalal itu dihadiri Staf Khusus (Stafsus) Menteri Agama (Menag) Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo, Wakil Bupati Rembang Mochamad Hanies Cholil Barro’, Kepala Kemenag M Fatah beserta jajaran, para penyuluh agama dan Kepala serta penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) se Kabupaten Rembang.


Dalam sambutannya, Stafsus Menag Wibowo Prasetyo mengatakan halalbihalal dapat mengeratkan kohesi sosial dan memperkuat moderasi agama.

Baca Juga: BKKBN Serahkan Bantuan Bedah Pawon Waras Bangkle dan Tinjau KB MOW RSUD Blora

"Buah dari halalbihalal salah satunya adalah berkembangnya pemahaman keagamaan yang moderat di Indonesia. Halalbihalal adalah tradisi yang memperkuat moderasi," kata dia.


Dia menambahkan penguatan moderasi beragama memiliki setidaknya empat faktor. Yaitu anti-kekerasan, komitmen kebangsaan, toleransi, dan ramah tradisi.

Baca Juga: Mengenal Olahraga Xiangqi, Vovinam dan Kurash : Dipertandingkan di SEA Games 2022, Ganjar Tertarik Catur Gajah


"Halalbihalal adalah salah satu tradisi khas Indonesia yang harus diuri-uri, dilestarikan. Halalbihalal ini adalah wajah kita, Indonesia. Tidak ada sekat dalam halalbihalal, semua pemeluk agama saling maaf memaafkan tanpa melihat status atau agama seseorang. Makanya Lebaran juga untuk semua, " tegas dia.

Baca Juga: Hasil Sepak Bola SEA Games 2022 : Singapura Tahan Imbang Malaysia, Laga Kerap Ricuh, Begini Klasemen Usai Laga


Dia menjelaskan secara historis, istilah halalbihalal dimunculkan muassis jami'iyyah Nahdlatul Ulama KH Wahab Chasbullah, sebagai pengganti kata silaturahim yang dianggap biasa. Halalbihalal saat itu untuk mengatasi konflik antara tokoh politik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.


"Potensi konflik perlu dikelola dengan baik agar tidak melunturkan komitmen kebangsaan, tidak berujung pada tindak kekerasan, dan justru bisa diubah menjadi energi positif untuk terus merajut toleransi," tegas Bowo, sapaan akrabnya.

Baca Juga: Hasil Futsal SEA Games 2022 Indonesia vs Myanmar : Skuad Garuda Menang Telak Depak Thailand di Puncak Klasemen

Melalui halal bihalal, kata dia, saat Lebaran ini diharapkan terjadi perubahan suasana dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.

Dari beku menjadi cair, dari sulit menjadi mudah, dan dari terikat menjadi terlepas. Makna ini bisa dicapai, di antaranya, dengan cara saling maaf-memaafkan.

Halaman:

Editor: Abdul Muiz

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X