Pertunjukan Wayang di Era Milenial Diminta Jadi Tontonan dan Tuntunan

- Minggu, 14 November 2021 | 23:25 WIB
Bupati Kudus Hartopo menyerahkan wayang Janaka sebelum gelar pakeliran di Taman Budaya Sosrokartono, Kecamatan Bae, dalam rangka pelantikan pengurus Pepadi 2021-2026, Sabtu (13/11) malam. (suaramerdeka.com/Anton WH)
Bupati Kudus Hartopo menyerahkan wayang Janaka sebelum gelar pakeliran di Taman Budaya Sosrokartono, Kecamatan Bae, dalam rangka pelantikan pengurus Pepadi 2021-2026, Sabtu (13/11) malam. (suaramerdeka.com/Anton WH)

KUDUS,suaramerdeka-muria.com - Seni pertunjukan pakeliran diharapkan tidak hanya menjadi tontonan tetapi menjadi tuntunan bagi masyarakat. Wayang dapat memberikan gambaran bagaimana menjalankan hidup dengan tuntunan dan moral yang baik.

Bupati Kudus Hartopo menyampaikan hal tersebut saat pengukuhan pengurus Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Kudus 2021-2026 di Taman Budaya Sosrokartono, Bae, Sabtu malam (13/11).

Pihaknya berharap apa yang sudah menjadi misi dan rencana program diminta segera dijalankan, khususnya dalam melestarikan kesenian dan budaya. Secara pribadi, dia mengagumi kesenian wayang kulit yang menjadi ikon seni klasik yang mengandung pesan moral atau kritik yang membangun.

BACA JUGA : Beri Contoh Pementasan Hiburan saat Pandemi, Disiarkan Live Virtual

''Saya mengucapkan selamat kepada pengurus Pepadi Kabupaten Kudus yang telah dilantik,'' katanya.

Diharapkan, misi melestarikan dan menguri-uri budaya pada seni tradional yang sangat klasik terutama wayang kulit dapat dijalankan dengan baik.

Pepadi sebagai organisasi profesi beranggotakan seniman menjadi ujung tombak dalam pelestarian budaya warisan nenek moyang. Hartopo mencontohkan wayang kulit yang memiliki sejarah panjang hingga menjadi wadah syiar agama oleh Sunan Kudus dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus.

Spirit itulah yang perlu diteruskan oleh dalang-dalang masa kini untuk mengedukasi masyarakat lewat kesenian.

''Kami mengapresiasi misi misi khusus untuk melestarikan budaya nenek moyang,'' tandasnya.

Sejarah mencatat baimana latar belakang atau histori dari seni wayang kulit sebagai wadah syiar agama Islam pada zaman Sunan Kudus dan Sunan Muria.

Di era milenial, pertunjukan wayang kulit dianggap perlu berinovasi melalui kisah atau lakon yang mampu menarik generasi muda. Menurutnya, hal ini dapat diupayakan dengan mengambil tema yang bisa mengedukasi masyarakat sesuai kondisi saat ini.

"Suatu seni tradisional adalah media yang bisa memberikan edukasi kepada masyarakat luas, maka perlu banyak inovasi,'' ungkapnya.

Ketua PEPADI Kabupaten Kudus, Slamet Prayogo mengungkapkan  pelaku seni sempat terdampak akibat pandemi yang berlangsung dua tahun. Hal tersebut menyebabkan organisasinya sempat pasif dikarenakan minim kegiatan. Melalui pelantikan tersebut, PEPADI mencoba bangkit.

 

Halaman:

Editor: Abdul Muiz

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Pengembangan Wisata Alam di Kudus Terkendala Parkir

Minggu, 19 Maret 2023 | 16:34 WIB
X