Peneliti MRC Ungkap Sumber Kerusakan Ekologi di Area Muria

- Senin, 20 Maret 2023 | 21:28 WIB
Kegiatan seminar membahas problem ekologi di area Muria yang berlangsung di Gedung Perpustakaan lantai IV, IAIN Kudus, Senin (20/3). (suaramerdeka-muria.com/Aziz Afifi)
Kegiatan seminar membahas problem ekologi di area Muria yang berlangsung di Gedung Perpustakaan lantai IV, IAIN Kudus, Senin (20/3). (suaramerdeka-muria.com/Aziz Afifi)

KUDUS, suaramerdeka-muria.com - Fenomena kerusakan alam di Muria ditengarai banyak berasal dari aktivitas manusia.

Termasuk memunculkan kegiatan eksploitasi yang merusak alam dan mengakibatkan bencana di sekitarnya.

Pembacaan kerusakan lingkungan muria dibahas dalam seminar Sosio-ekologi bertajuk 'Problem Ekologi di Area Muria Raya' yang diadakan Komunitas Pecinta Nalar (KPN) IAIN Kudus, Senin (20/3).

Acara yang berlangsung di Gedung Perpustakaan lantai IV itu mengajak masyarakat untuk menaruh perhatian lebih terhadap alam, terutama wilayah Muria.

Direktur Muria Research Center (MRC) Indonesia, Muchammad Widjanarko, mengungkapkan ada perubahan signifikan dalam jumlah luasan hutan di Muria.

Berdasarkan pengamatannya kondisi hutan di Muria telah hilang sebanyak 85,5 persen.

Penurunan luas areal hutan itu terhitung sejak tahun 1990 sampai 2006.

Baca Juga: Cerita Lengkap Ali Ahmadi, Pemilik Mabari Tour Soal 38 Jemaah Umroh Gagal Berangkat : Sudah Bayar Rp 874 Juta

Baca Juga: Naga Bersisik Seribu Apem Sambut Bulan Ramadan di Pati

Degradasi hutan, kata Widjanarko, sering datang dari ulah atau tangan manusia.

Keberadaan eksploitasi melalui tambang, pengelolaan tata kota hingga akibat bencana disebutkan sebagai contoh rusaknya hutan di Muria.

"Kepedulian terhadap lingkungan perlu diimplementasikan dalam laku hidup. Kita harus menjaga ekosistem hutan, investasi SDA secukupnya dan memperbaiki efisiensi energi," terangnya.

Dosen IAIN Kudus Umi Qodarisasi menambahkan, ada banyak unsur dalam penyumbang kerusakan di lingkungan Muria.

Baginya kerusakan tersebut tidak terlepas pemahaman etika lingkungan yang telah berubah.

Ia menyebutkan etika lingkungan itu terlihat dari peran kebijakan politik, kondisi ekonomi, sosial budaya, ketahanan dan keamanan manusia yang berjarak dengan alam.

"Problemnya adalah manusia merasa selalu dominan, sehingga mereka berhak untuk bertindak semena-mena. Membangun ulang atas kesadaran lingkungan ini bisa memicu masyarakat untuk menemukan solusi dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development," katanya.

Halaman:

Editor: Ilyas al-Musthofa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Tumpukan Sampah Sempat Penuhi Balai Jagong

Selasa, 30 Mei 2023 | 05:29 WIB
X