Kelompok Kajian Teater TigakomA FKIP UMK, Tingkatkan Kompetensi Pendidik Lewat Panggung

- Senin, 20 Februari 2023 | 20:12 WIB
Sejumlah anggota Teater TigakomA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) tampil begitu ekspresif di pertunjukan dengan lakon Umang-Umang. (suaramerdeka-muria.com/Beni Dewa)
Sejumlah anggota Teater TigakomA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) tampil begitu ekspresif di pertunjukan dengan lakon Umang-Umang. (suaramerdeka-muria.com/Beni Dewa)

KUDUS, suaramerdeka-muria.com – Di sela kesibukannya kuliah, sejumlah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) mengisi waktunya dengan berlatih seni teater. Selain menyalurkan bakat dan hobi, lewat dunia panggung itu mereka justru mampu melengkapi keilmuan mereka untuk menjadi calon guru kedepannya.

Dalam berteater mereka bergabung di unit kegiatan mahasiswa (UKM) Teater TigakomA. Saat ini ada puluhan mahasiswa yang aktif berkegiatan di dalamnya. Menariknya teater TigakomA mengusung slogan “Teater Untuk Pendidikan”.

Bukan tanpa alasan, bagi anggota Teater TigakomA, berteater tak sekadar untuk hobi saja namun juga sebagai penunjang kompetensi dalam menjadi guru atau pendidik kedepannya.

“Seperti dalam berteater, kita harus mengenal banyak karakter. Sebaiknya seorang guru yang baik juga seperti itu. Bisa melihat karakter satu persatu muridnya. Sehingga bisa memberikan tindakan yang tepat kepada muridnya itu,” terang Mahesya Rajabyan Masduki, Ketua Teater TigakomA.

Belum lagi dasar berteater seperti harus memiliki vocal yang baik, memahami blocking dan moving serta mampu bermain peran. Pelaku teater juga harus memahami wawasan yang baik dan memiliki pola pikir yang kritis.

Baca Juga: Rembang Hari Ini : Delapan Proyek Belum Selesai, Tiga Putus Kontrak dan Sepuluh Sudah Serah-terima

Baca Juga: Wujudkan Jepara Sehat Seutuhnya, Jepara Targetkan Swasti Saba Wistara

“Vocal tentu pasti harus dimiliki seorang guru sehingga dalam penyampaian materi bisa sampai ke seluruh siswa. Bayangkan saja jika guru suaranya pelan. Blocking dan moving bermanfaat untuk penguasaan kelas sehingga seluruh siswa dapat terperhatikan dengan baik,” tambahnya.

Teater TigakomA sendiri sudah berdiri sejak 2007 yang lalu. Awalnya juga karena ada kelas drama di jurusan Bahasa Inggris. Sekarang ini di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) juga digelar kelas drama. PGSD pun pernah memasukkan kelas drama pula sebagai mata kuliah.

Nama TigakomA sendiri didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan indeks prestasi setidaknya 3. Hal itu juga mendasari bahwa sekalipun aktif berkesenian namun para mahasiswanya tidak ketinggalan dalam hal akademiknya.

“Jadi semua itu selaras mendasarkan teater untuk dunia pendidikan khususnya bagi para lulusan FKIP sebagai calon pendidik,” ujarnya.

Prestasi juga pernah mereka torehkan dalam kompetisi monolog tingkat nasional yang digelar di taman budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta. Selain mendapatkan juara pertama penyaji terbaik, mereka juga mendapat juara pertama penata artistic terbaik dan juara pertama penata musik terbaik.

Mereka berhasil mendapat prestasi gemilang itu di ajang Art and Sport Appreciation by Economic and Business Faculty of UNS (ARTEFAC) di tahun 2020. Padahal kompetisi itu diikuti oleh puluhan teater dari berbagai kota besar seperti Semarang, Solo, Yogyakarta, Banyuwangi, Jember, Malang, Jakarta, Bandung hingga Palu.

“Selama 16 tahun berjalan ini, Teater TigakomA juga aktif dalam berkarya. Setidaknya ada 17 pentas produksi yang digelar. Sementara untuk peningkatan keilmuan kami juga aktif menggelar workshop maupun beragam progam kerja lainnya,” katanya.

Di antara pentas itu seperti lakon Anak-anak, Buku dan Satu Televisi tahun 2008, Tembok tahun 2009, Lena Tak Pulang tahun 2010, Boneka Tali tahun 2011, Maling tahun 2012, Padhang Bulan tahun 2012, Dalam Bayangan Tuhan tahun 2013, Pesta Para Pencuri 2014, Rumahku Sunyi tahun 2015, Boneka Tali 2015, Macbeth tahun 2016, Los tahun 2017, Rumah Sakit Jiwa tahun 2018, Hum Pim Pah tahun 2019, Memudarnya Tanah Surga di Dunia tahun 2020 dan Kocak Kacik tahun 2021.

Halaman:

Editor: Ilyas al-Musthofa

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kesaksian Teater Kubur dalam Panggung Ritus Bocor

Selasa, 3 Januari 2023 | 17:16 WIB
X