Menjajal Pijat Kretek yang Sedang Tren di Kudus, Makin Kretek Makin Plong

Fega belajar pijat kretek dari ayah mertuanya di Semarang. Ia kemudian mendalami keahlian itu pada seorang ahli tairopractic di Thailand.

“Tairopractic ini agak berbeda dengan chiropractic meski sama-sama dikenal dengan pijat kretek. Kalau di Tairopractic ada pelemasan otot dulu,” katanya.

Pelemasan ini penting bagi pasien yang sudah tidak muda lagi. Fega membatasi pasien yang boleh dipijat kretek untuk warga usia 60 tahun, dengan catatan masih bugar dan kondisi tulangnya bagus.

“Biasanya di usia 60 tahun tulangnya tidak bisa elastis lagi. Jadi tidak main kretek, hanya pelemasan di otot saja,” katanya.

Baca Juga: Layani Pasien Ala Hotel Bintang 5, RS Mardi Rahayu Rombak Total Maranata

Jika pasien paling tua yang pernah ia tangani berusia 60 tahun, Fega menyebut pasien paling muda yang pernah datang yakni usia 6 tahun. Saat itu, pasien kecilnya itu mengalami persoalan di rahang.

“Untuk rahang miring memang harus telaten, karena tidak bisa sekali jadi. Apalagi rahang termasuk tulang muda,” katanya.

Selain rahang, persoalan yang butuh penanganan ekstra yakni pasien yang datang dengan scoliosis. Pada kasus ini, tulang belakang pasien melengkung berbentuk seperti huruf C atau S. “Yang ini juga harus telaten,” katanya.

Selain karena aktivitas sehari-hari, Fega menuturkan jika berbagai persoalan tulang atau otot itu banyak dipicu karena kesalahan sehari-hari saat duduk dan tidur. Saat duduk, banyak kebiasaan orang yang tidak bisa duduk dengan punggung tegak. Lambat laun ini berdampak pada struktur tulang.

Begitu juga ketika tidur. Banyak orang yang suka dengan kasur empuk. Lama-kelamaan, tulang kita akan mengikuti struktur kasur yang empuk.